Selasa, 15 Agustus 2017

Tradisi dan Identitas Tersirat Dalam Senandung Ibu Pertiwi

Masih dalam pembahasan senandung ibu pertiwi bersama rekan rekan sosial media, vlogger dan blogger atau netizen komunitas jadi mandiri. Pokok pembahasan pada tulisan kali ini mengulas sedikit tentang nuansa identitas dan tradisi yang tampil pula turut menghiasi ruang pameran di galeri nasional. Jika kita berkunjung ke galnas, ada bagusnya gabung dalam suatu kelompok atau bareng bareng alias serombongan. Cuma supaya serunya ga kebablasan karena rame, ada baiknya untuk saling berkomunikasi biar kompak. Kunjungan bersama seperti ini juga sangat bermanfaat untuk saling mengenal satu dengan yang lain nya.
Saling mengenal, saling menyapa bahkan katanya juga bisa berupaya untuk mencari pasangan, bagi yang masih lajang tentunya. Namun tujuan kunjungan bersama grup jadi mandiri kali ini tentunya bukan itu. Walaupun ada juga yang coba coba siapa tahu jadi bisa. a hah a ha ha ha ha
Foto ini bukan lah tentang orang yang sedang jadian ya, bukan pula tukar cincin taua kado, tapi penyerahan hadiah menarik bagi yang memenangkan cerita lanngsung via sosial media twitter dan instagram saat kunjungan ke galeri nasional 9 agustus 2017.  Supaya ga keluar dari topik utama mari simak catatan seputar nuansa identitas dan tradisi dalam senandung ibu pertiwi di galeri nasional indonesia, berikut ini. ,.. Lanjuutttt

Senandung ibu pertiwi yang digelar dalam pameran lukisan koleksi istana negara di galeri Nasional Indonesia pada Agustus ini turut pula menegaskan bahwa tradisi dan identitas yang kita miliki berupa ragam beraneka macam.

Tema adat kedaerahan, pakaian tradisional hingga gambaran profesi turun temurun warga negri kita pun turut menghiasi jejeran lukisan yang terpajang.  Tradisi yang diwakilkan tampil di beberapa lukisan seakan mengingatkan kita untuk kembali menyadari, bahwa kita Indonesia kaya akan perbedaan. Dengan kekayaan perbedaan inilah maka bangsa kita Indonesia akan bernilai tinggi di banding dengan bangsa lain nya. Persatuan di tengah keramaian perbedaan menjadi indentitas utama bangsa kita.
Dalam katalog Senandung Ibu Pertiwi disebutkan bahwa koleksi Istana Kepresidenan secara keseluruhan memiliki lebih dari 50 lukisan bertema kebaya dan ragamnya. Pada pameran senandung ibu pertiwi ditampilkan beberapa dalam ragam pose dan suasana.

Lukisan Potret Sumilah (1949) karya Soedibio misalnya, menggambarkan perempuan berkebaya duduk bersila dengan latar pemandangan yang nampak surealistik, alam rekaan yang tak hadir dalam kehidupan nyata. Bisa jadi alam itu pula yang diidentifikasi sebagai mimpi oleh pelukisnya. Alam rekaan dan gambaran yang terlukiskan seperti ini bisa saja kita pernah melihatnya dalam dunia tak sadar kita.

Melihat lukisan ini kembali menyegarkan kepada kita bahwa kebaya merupakan salah satu tradisi berpakaian kaum hawa Indonesia. Tampilan lukisan wanita Berkebaya yang tersaji tersebut secara tak langsung menyiratkan Senandung ibu pertiwi, yang mengajak kita kembali menduniakan identitas keragaman busana kebanggaan Indonesia. Secara keseluruhan disimpulkan bahwa lukisan seri berkebaya ini cenderung menampilkan sosok bergaya dan suasana santai sehabis bekerja keras.

Tiyul (1952) karya Sudarso, memperlihatkan seorang perempuan berkebaya biru mengenakan kain batik bersandar pada meja. Perempuan Berkebaya karya Barli, menggambarkan seorang perempuan duduk anggun pada sebuah kursi. Menunggu Hidangan karya F. Holleman, memperlihatkan sosok perempuan berkebaya duduk di sebuah kursi. Di sampingnya ada meja makan dengan beberapa sajian yang telah disiapkan. Selain  tu ada pula lukisan Dua Gadis Bali (1960) karya Fadjar Sidik, dan Wanita Yogya. Ada ragam pilihan yang bisa kita resapi dari subtema wanita berkebaya pada pameran koleksi lukisan istana negara di galeri nasional 2017 ini. Ke semua karya yang di sebutkan tadi bisa anda lihat secara langsung, jadi tunggu apa lagi, ayo cari waktu senggang atau sempatkan sesaat berkunjung kesana.

Pada cerita sosial media di akun akun PDI Perjuangan‏  {@PDI_Perjuangan} tertanggal  30 Jul 2016 atau tahun lalu sempat memposting arsip gambar Bung Karno sedang mengamati lukisan “Potret Sumilah” karya Soedibio tersebut. Lukisan ini sendiri terdapat banyak sekali cerita yang mengiringinya hingga sampai pada Pameran senandung ibu pertiwi di tahun 2017 Kali ini.

Lukisan keluarga tani yang tertulis karya kosnan 1962 pada keterangan samping lukisan, juga terpajang pada pameran kali ini. Lukisan ini mengingatkan kita akan tradisi turun temurun para leluhur kita terdahulu.
Profesi sebagai petani kebanyakan telah melekat dalam kehidupan kebanyakan orang Indonesia. Meskipun seiring dengan perkembangan jaman ragam profesi baru bermunculan dan melahirkan budaya baru pula menambah kekayaan tradisi bangsa kita Indonesia.
Lukisan penari Dayak pria dan wanita ini juga kita bisa lihat langsung pada Senandung Ibu Pertiwi yang akan segera berakhir di penghujung bulan ini. Tradisi tari dan pakaian adat Dayak yang tergambar pada lukisan ini, kembali menegaskan pula tentang kekayaan tradisi dan budaya sebagai komponen penyusun identitas bangsa kita Indonesia.

Tradisi dari ujung timur hingga ke barat, mulai Utara sampai Selatan jika semua di muat dalam satu lukisan, mungkin kita akan bingung sebesar apakah lukisan yang bisa di buat. Mengingat keragaman negeri kita dari berbagai sisi sangatlah bermacam corak.
Namun beberapa lukisan yang di tampilkan kembali mengingatkan kita di negeri ini punya ini lho, punya itu lho dan lain hal sebagainya. Rangkaian perbedaan inilah yang membuat identitas kita sebagai warga negara Indonesia, memiliki makna tersendiri dalam mata penilaian masyarakat dunia.
Masih banyak lagi lukisan yang bernuansa identitas dan tradisi yang bisa kita nikmati di galeri nasional dalam pameran yang bertemakan senandung ibu pertiwi 2017. Pameran lukisan koleksi istana kepresidenan ini merupakan salah satu dari serangkaian acara guna memeriahkan bulan kemerdekaan di tahun ini. Pameran lukisan ini mengajak kita untuk sedikit banya mengingat sejarah masa lalu melalui seni yang di hasilkan dari para seniman ternama di tanah air. Karya mereka dalam merekam nuansa bangsa kita dari masa ke masa, yang di tuangkan dalam sapuan kanvas bisa kita nikmati untuk mendapatkan makna tersendiri.
Bagi yang belum sempat mari berkunjung sebelum tanggal 30 agustus 2017. Masih ada kesempatan kan beberapa hari kedepan. Tulisan ini berdasarkan cuplikan info yang ada dalam katalog senandung ibu pertiwi.