Rabu, 16 Agustus 2017

Sesaji Senandung Ibu Pertiwi

Pajangan Mitos Dan Religi Ikut Hiasi Senandung Ibu Pertiwi, Nuansa mitos dan religi yang terpampang pada bagian dekat pintu keluar tersajikan dengan nuansa yang sangat terlihat artistik dari berbagai sudut penglihatan. Jadi lukisan yang bernuansa ini di sajikan untuk pengunjung agar kita bisa mengenali mitos dan juga keragaman religi yang ada di tanah air kita.
Dalam Senandung ibu pertiwi di galeri Nasional Indonesia 2017 ini, beberapa karyadi yang bernuansa mitos turut di pamerkan. Bersama para sohib jadi mandiri, yang aktif berketimpang ketimpung di dunia digital di hari yang berkesan itu, saya pun sempat menyimak beberapa saat lukisan yang menggambarkan tentang cerita mistis atau mitos dari beberapa daerah.
Kekayaan Indonesia di berbagai bidang memang lah sangat beragam. Mitos merupakan dunia atau kejadian antara ada dan tiada. Bagi penganutnya seratus persen cerita atau kisah turun temurun tersebut memang benar adanya. Walaupun di era teknologi canggih kekinian urusan Mitos-mitos sering kali di anggap sebagai pemikiran kuno. Namun semua itu di kembalikan pada personal atau pribadi masing masing. Urusan mitos memanglah seperti halnya urusan keyakinan atau agama yang kita anut. Semua memiliki perbedaan cara berpikir, namun perbedaan itulah yang hingga kini menyatukan negri kita menuju bangsa yang besar.
Dalam pameran lukisan koleksi istana negara yang mengambil tema " Senandung Ibu Pertiwi ", turut di pamerkan beberapa karya bersejarah yang menggambarkan dunia mistis serta keagamaan. Beberapa lukisan yang ada membuat tak sedikit pengunjung tertegun dalam lamunan. Entah apalah yang ada dalam benak pikiran nya.
Basoeki Abdullah yang merupakan pelukis legendaris telah membuat lukisan Nyai Roro Kidul. Sapuan Kuas dengan cat minyak pada kanvas yang melukiskan tentang nyi roro kidul bisa kita lihat dalam ukuran yang cukup sedap dipandang mata.
Nyi Roro Kidul adalah sesosok roh atau dewi legendaris Indonesia yang sangat populer di kalangan masyarakat Pulau Jawa dan dan sekitarnya. Sampai dengan saat ini masih banyak masyarakat kita yang mempercayai bahwa keberadaan nyi roro kidul yang bertahta di pantai Selatan pulau Jawa itu benar adanya. Sampai dengan saat ini seringkali kejadian alam yang terjadi di kaitkan dengan sosok ratu pantai selatan ini.
Lukisan nyi roro kidul yang di pajang di galeri nasional ini merupakan lukisan aslinya. Nilai lukisan ini cukup membuat kita tertegun. Di berbagai berita dan situs online lukisan tersebut di taksir lebih dari 1,5 miliar. Di karenakan lukisan yang di tampilkan pada pameran lukisan koleksi istana kali ini bernilai tinggi semua, tak heran jika kita lihat pengamannya dibuat berlapis dari luar pameran hingga area dalam.
Selain lukisan tentang nyi roro kidul, kisah keperkasaan Gatotkaca dan kecantikan Putri Arjuna juga terlihat pada sebuah lukisan yang berada hampir di sebelah lukisan nyi roro kidul. Lukisan Gatotkaca yang terlihat mengawasi anak anak Arjuna, Pergiwa-Pergiwati, di pamerkan dan terlihat dalam ukuran yang besar. Dan dalam cerita pewayangan pergiwa di pisahkan menikah dengan Arjuna.
Selain itu, lukisan Djika Tuhan Murka karya Basoeki Abdullah di Istana Bogor, juga di pamerkan pada Senandung Ibu pertiwi. Lukisan ini seakan mengingatkan kita untuk hidup dalam peraturan Tuhan. Gambaran bencana yang mengerikan memberikan kita peringatan untuk membatasi dirinya dalam batas yang wajar dalam memberlakukan diri kita dan lingkungan sekitar.
Lukisan Bertapa di Candi Tebing Bali Abad Kesebelas (1930) karya Walter Spies menggambarkan seseorang tengah bersemedi menyucikan diri di sebuah tempat. Lukisan ini menggambarkan pertapaan seseorang dalam mencari ketenangan batin untuk memperbaiki dirinya dalam kehidupan. Pertapaan pada jaman dahulu juga di ceritakan merupakan jalan atau salah satu cara manusia untuk bisa bertemu Sang pencipta. Sebagian pula ada yang menganggap pertapaan sebagai suatu penghormatan kepada leluhur. Lukisan bersemedi ini juga menggambarkan masa lalu negeri kita yang kental dengan animisme dan dinamisme.

Lukisan Tiga Pedanda (1962) karya Alimin Tamin, menggambarkan tiga pendeta Hindu dengan segala atributnya tengah khusyuk berdoa. lukisan ini juga menggambarkan nuansa agama hindu yang di anut leluhur kita terdahulu.
Kemudian Ida Bagus Made Poleng, dengan karya lukisan Sesadji Dewi Sri juga terpampang pada galeri. Lukisan ini menyiratkan tradisi panen dan pemujaan terhadap Dewi Sri yang mengatur pertanian. Gambaran hasil panen padi yang melimpah tampil dominan menghias lukisan ini.
Ahmad Sadali menampilkan karya Kaligrafi, dan A.D. Pirous , menyajikan karya Subuh/Doa VIII (1980). Kedua karya tersebut  menghadirkan suasana hening, dengan pertimbangan komposisi dan bidang-bidang gambar yang kuat. Lukisan karya mereka merupakan pelopor abstrakisme di Indonesia.
Dalam karya-karya, keduanya kerapkali memasukkan unsur kaligrafi dan potongan ayat-ayat Al-Quran. Kecenderungan ini nampak sejalan dengan keyakinan sebagian umat Islam, yang menghindari representasi sosok. Atau larangan penggambaran mahluk yang bernyawa
Berbagai lukisan yang bersejarah terpajang dan tersusun rapi. Selain itu pencahayaan dan tata letak dalam tampilan juga memberikan inspirasi bagi kita. Terutama yang bekerja dalam bidan tata ruang. Susunan penataan lukisan pada pameran ini sedikit banyak memberikan pelajaran secara tak langsung bagi kita. Belajar menyajikan sesuatu dengan teknik penataan yang sedap di pandangan mata.
Nuansa keragaman alam, keseharian, identitas dan tradisi hingga berakhir pada mitos dan religi, tertata rapi berurutan. Semuanya bisa kita lihat dengan seksama secara langsung. Dengan berkunjung dan melihat secara langsung karya seni lukisan yang bernilai tinggi, satu persatu kita bisa mendapatkan suatu rasa dan pengalaman tersendiri.

Walaupun rasa yang di dapat berbeda dengan rekan yang bersama saat melihat lukisan ini secara langsung, namun kesamaan waktu kami berkunjung merupakan contoh secuil dari perbedaan yang memperkaya negri kita.
Senandung ibu pertiwi, mengajak kita untuk menimba kembali rasa cinta. Cinta pada tanah air Indonesia. Beragam suku, agama dan golongan yang ada telah terjalin menahun turun temurun. Senandung ibu pertiwi, mendendangkan rasa cinta pada karya yang mendunia dan menjadi koleksi negeri tercinta. Perbedaan dalam melihat dan menilai lukisan dari setiap pengunjung mungkin sudah tersirat dalam Senandung ibu pertiwi, agar kita lebih dalam lagi bisa memaknai kata MERDEKA.