Kamis, 06 April 2017

Revolusi Mental Harus Berubah Produktif Dari Pasif

Revolusi mental sudah sering kita dengar sejak menjadi moto utama kampanye presiden kita saat ini, pada 2014 yang lalu. Lalu bagai mana kita bisa menyerap makna dari moto tersebut, agar berdampak nyata dalam perbaikan kehidupan kita. Yang pastinya setiap pribadi punya cara tersendiri dalam memaknai slogan revolusi mental tersebut. Yang paling penting kita mesti mendapat manfaat untuk meningkatkan produktivitas kita dalam kegiatan keseharian kita. Jika tak dapat manfaat ya rugilah kita.

Di kehidupan sekarang dalam kegiatan kita semua hampir di permudah dengan hadirnya kecanggihan teknologi informasi. Dampak kecanggihan ini, sangat beragam. Ada yang memperoleh dampak negatifnya namun tak sedikit pula yang memperoleh keuntungan dari kemajuan ini. Salah satu contoh di dunia transportasi saat ini. Menjamurnya sistem pemesanan angkutan online secara tidak langsung meningkatkan produktivitas banyak masyarakat yang sebelumnya menjadi pengangguran. Kini dengan memanfaatkan kemajuan tersebut mereka bisa punya pendapatan.

Selain hal positif tetu saja ada hal negatif juga. Karena sudah lumrah atau sudah menjadi aturan alias hukum alam. Mau tidak mau yang dulunya nyaman dengan keadaan sekarang perlahan mulai di karamkan dengan kenyataan. Bagi yang tidak mau tenggelam tentu saja langkah perubahan alias revolusi mental menjadi satu satunya jalan untuk meningkatkan produktivitas sumberdaya yang di miliki. Jika cuma ngotot berpegang pada mental manja, maka tenggelam hanyalah persoalan menunggu waktu saja.
Di saat kita masih meributkan taksi online
 
Photo published for E-volo's electric 'air taxi' picks up passengers next year
Di luaran orang orang sudah meributkan taksi terbang.
 Jadi mari kita sejenak merenung 
Sudahkah kita merevolusi mental kita minimal dalam hal berpikir.
gambar ilustrasi di ambil dari situs twitter
Dengan revolusi mental maka sumber daya yang ada harus di tingkatkan dan menambah inovasi, mengikuti yang baru memulainya. Pendatang baru ibarat penantang sedangkan yang sudah berjalan adalah juara bertahan. Masa sih juara bertahan bisa kalah produktif, jika mencontoh pendatang baru yang menggunakan kemajuan teknologi. Nah di sinilah intinya revolusi mental sangat di perlukan. Dahulu mental menunggu sekarang mental menjemput. Dan yang perlu di ingat esok lusa mungkin di perlukan mental mengejar produktivitas diri kita, bukan sekedar mental puas dengan pencapaian produksi alias hasil yang sudah ada.